Touche
[Resensi] Novel Teenlit: Touché
Judul : Touché
Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Selain
kemampuan aneh yang bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain lewat
sentuhan, Riska memiliki kehidupan normal layaknya siswi SMA biasa. Tapi
semua berubah sejak kehadiran Pak Yunus, guru pengganti, dan
perkenalannya dengan Indra yang dingin dan Dani si juara kelas.
Riska kemudian diberitahu bahwa dirinya adalah touché alias orang yang memiliki kemampuan melalui sentuhan, seperti halnya Indra, Dani, dan Pak Yunus sendiri. Seakan itu belum cukup mengejutkan, Pak Yunus diculik! Sebuah puisi kuno diduga merupakan kunci untuk menemukan keberadaan Pak Yunus.
Dengan kemampuan mereka, Riska, Dani, dan Indra pun berusaha memecahkan kode dalam puisi kuno tersebut dan menyelematkan guru mereka.
Riska kemudian diberitahu bahwa dirinya adalah touché alias orang yang memiliki kemampuan melalui sentuhan, seperti halnya Indra, Dani, dan Pak Yunus sendiri. Seakan itu belum cukup mengejutkan, Pak Yunus diculik! Sebuah puisi kuno diduga merupakan kunci untuk menemukan keberadaan Pak Yunus.
Dengan kemampuan mereka, Riska, Dani, dan Indra pun berusaha memecahkan kode dalam puisi kuno tersebut dan menyelematkan guru mereka.
Touché (dibaca tusye) merupakan novel keempat karya Windhy Puspitadewi yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Untuk membuat novel fantasi keduanya ini, Windhy memerlukan waktu satu tahun untuk menyelesaikannya. Kesulitannya adalah bagaimana cara mengemas cerita fiktif hingga bisa meyakinkan. Ternyata Windhy ketagihan membuat novel fantasi karena imajinasinya jadi lebih bisa dieksplor.
Keinginan
Windhy untuk mengangkat tema fantasi sangat tersalurkan melalui novel ini. Dan
pilihannya mengambil ide tentang kaum touché
ini menurut saya sangat luar biasa. Ide ini sangat jarang bahkan tidak
terpikirkan oleh orang lain. Terlebih lagi untuk membuat orang yakin
dengan
cerita fantasi yang ia buat, tentunya membutuhkan imajinasi lebih. Dan
melalui
buku ini, saya cukup terpukau dengan rentetan penjelasan mengenai
kemampuan
yang dimiliki kaum touché. Penjelasan
itupun dilengkapi dengan contoh dari tokoh-tokoh dunia seperti Karl Friedrich May, Beethoven, dan Casanova serta teori-teori yang membuat pembaca akan percaya dan
tidak meragukan apa yang dituliskannya tentang adanya kaum touché.
Selain
ide yang unik dan tidak terpikirkan, Windhy juga memasukkan ketiga tokoh utama dengan
karakter
yang kuat pada setiap tokoh sesuai latar belakang masing-masing.
yang kuat pada setiap tokoh sesuai latar belakang masing-masing.
Riska sebagai pemeran utama dalam cerita ini memang lebih cocok dengan kemampuan the empath,
mengingat dirinya seorang perempuan yang jelas lebih pas jika merasakan
berbagai perasaan yang mungkin ia serap—termasuk kesedihan. Mungkin
jika the empath diperankan oleh laki-laki akan terlihat cengeng
dan lemah--meskipun tidak berarti Riska lemah. Apalagi disana dijelaskan
kalau memang diantara semua kaum touché hanya the empath-lah yang dimiliki oleh perempuan.
Riska merupakan atlet lari sekolahnya dan Riska sudah ditinggal papanya sejak ia kecil. Saat itulah mamanya menyadari kemampuan Riska menyerap perasaan orang lain melalui sentuhan. Riska selalu melindungi tangannya dibalik saku jaket atau rok sekolah agar tidak menyerap perasaan orang yang tidak diinginkannya.
Riska merupakan atlet lari sekolahnya dan Riska sudah ditinggal papanya sejak ia kecil. Saat itulah mamanya menyadari kemampuan Riska menyerap perasaan orang lain melalui sentuhan. Riska selalu melindungi tangannya dibalik saku jaket atau rok sekolah agar tidak menyerap perasaan orang yang tidak diinginkannya.
Selanjutnya adalah Indra. Indra yang dingin akibat perlakuan keluarganya yang menjauhkan
diri darinya karena kemampuan mind reader
yang dimilikinya. Oleh karena itu, saat ada orang yang mau berteman dan
menganggapnya sama pentingnya, Indra akan melindungi orang itu
mati-matian. Indra juga merupakan atlet judo kebanggaan sekolah, yang
bagi Indra sendiri itu berkat kemampuannya membaca pikiran lawan. Selain
saat judo--atau saat dirasanya perlu, Indra selalu menutupi kedua
tangannya dengan sarung tangan.
Yang
ketiga adalah Dani, teman Indra sejak SD. Dani mampu menyerap semua
tulisan yang ada di dalam buku hanya dengan memegangnya tanpa membuka
sedikitpun. Sehingga ia tidak perlu bersusah payah belajar untuk menjadi
juara kelas.
Diantara
ketiga tokoh ini justru karakter Indra lebih menonjol dan berperan
penting dalam cerita ini. Indra seolah-olah mengetuai ketiganya dalam
pencarian Pak Yunus.Dalam perjalanannya, sekelompok orang
menggunakan mobil berwarna wagon hijau hadir sebagai komplotan yang dianggap sebagai penculik kaum touché.
Mulai dari sinilah ketegangan akan menyelimuti para pembaca dengan kekhawatiran
jika salah satu dari ketiganya akan menjadi incaran selanjutnya. Apalagi saat
mereka berpetualang di Surakarta demi menyelamatkan guru mereka selalu diikuti
oleh mobil wagon hijau tersebut. Pembaca benar-benar akan merasa menyaksikan
langsung adegan demi adegan yang mereka lakukan dengan kecemasan yang sama, seolah-olah
kita masuk ke dalam cerita. Bahkan saya merasa buku ini sangat menarik jika
diangkat di layar lebar. Begitupun komentar teman-teman saya yang sudah
membacanya.
Terlepas
dari berbagai ketegangan dan rasa penasaran para pembaca mengenai kelanjutan
petualangan menemukan Pak Yunus, Windhy berhasil menyelipkan adegan percintaan
antara Riska dan Indra yang tetap manis dan berkesan. Sehingga meskipun buku
ini didominasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan touché, kisah percintaan keduanya tetap akan membekas di memori
para pembaca sebagai bagian yang sama pentingnya dan tidak boleh terlupakan.
Dalam
novel ini, Windhy menggunakan sudut pandang orang ketiga. Latar
tempatnya sendiri yaitu kota Surabaya sebagai tempat tinggal dan
sekolah, serta Surakarta sebagai tempat yang mereka duga sebagai tempat
penculikan. Dari
segi gaya bahasa, Windhy menyampaikan ceritanya dengan bahasa yang enak dibaca
dan tidak berbelit-belit. Kalimatnya to
the point sehingga tidak menguras pikiran pembaca untuk memahami
maksud
yang ia tulis. Kebiasaan Windhy menyelipkan ilmu dan pengetahuan tentang
sejarah di buku-bukunya juga tidak hilang di novelnya yang satu ini.
Bahkan di novel ini, point itu mendapat porsi yang cukup besar. Meskipun begitu, Windhy justru berhasil membuat pengetahuan tampak menyenangkan--seperti
yang diinginkannya.
Touché berisi cerita action dan detektif-detektifan yang diselipi cerita cinta-cintaan khas anak muda serta pengetahuan mengenai tokoh-tokoh dan sejarah dunia. Jadi, bagi kalian yang ingin tahu seperti apa kaum touché itu, bagaimana Indra dkk memecahkan berbagai petunjuk yang ada, dan seperti apa kisah cinta yang manis antara Indra dan Riska, saya sangat menganjurkan kalian untuk membeli novel ini. Percaya pada saya, ending novel ini tidak seklise yang kalian kira saat membaca resensi ini.
Komentar
Posting Komentar